Sabtu, 28 Mei 2016

Ujian dan Cobaan semata-mata dari Allah krn Dia sayang kepadamu



A.          Pendahuluan
Kita hidup di dunia ini semata-mata sebagai hamba Allah SWT yang senantiasa selalu taat beribadah kepada-Nya. Dan ketika Allah memberikan ujian dan cobaan kepada kita, maka Allah pun akan menguji sejauh mana kesabaran hamba-Nya itu yang sedang diberi ujian dan cobaan. Allah menguji kaum muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan jiwa, harta, dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini kaum muslimin menjadi umat yang kokoh, memiliki jiwa yang tabah dan tahan uji.
B.           Kajian QS. Al-Baqarah ayat 155

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah [2]: 155)
C.          Mufradat
                                                                       
Arab
Arti
Arab
Arti
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
Dan Kami pasti akan menguji kamu
الْأَمْوَالِ
Harta
بِشَيْءٍ
Dengan sesuatu
وَالْأَنْفُسِ
Jiwa
الْخَوْفِ
Ketakutan
وَالثَّمَرَاتِ
Buah-buahan
وَالْجُوْعِ
Kelaparan
وَبَشِّر
Dan Sampaikan kabar gembira
وَنَقْصٍ
Kekurangan
الصَّابِرِيْنَ
Orang-orang yang sabar

D.          Tafsir Ayat
(1). Tafsir Ibn Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan kepada kita bahwa Dia akan menguji hamba-hamba-Nya. Allah SWT akan menguji mereka terkadang dengan kebaikan dan kadang-kadang dengan kemudharatan seperti rasa takut dan kelaparan sebagaimana Allah berfirman, “Maka Allah merasakan kepadanya busana kelaparan dan ketakutan,” karena setiap orang yang lapar dan ketakutan akan tampak sekali penampilan dirinya. Dari sana Allah berfirman, “Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,” dengan melenyapkan sebagiannya, “jiwa” seperti kematian kerabat dan sahabat, “dan buah-buahan” seperti kebun dan tanaman yang tidak menghasilkan sebagaimana biasanya. Barangsiapa yang bersabar, maka ia mendapat pahala, dan barangsiapa yang berputus asa, maka Allah akan menimpakan siksaan kepadanya.
(2). Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Telah menjadi suatu keniscayaan untuk menimpa jiwa dengan bencana dan menguji dengan ketakutan, kelaparan, kesengsaraan, serta kemusnahan harta, nyawa, dan makanan. Hal ini adalah suatu ketentuan untuk meneguhkan keyakinan orang yang beriman pada tugas kewajiban yang harus ditunaikannya. Sehingga, akhirnya mereka setelah mengalami ujian, tentu akan terbukti tangguh dan merasa berat untuk berkhianat kepada Islam, karena mengingat pengorbanan yang telah dilakukannya.
Akidah yang diperoleh dengan gampang, tanpa ujian, akan mudah pula bagi penganutnya untuk meninggalkannya, bila satu ketika terkena ujian. Semakin berat ujian dan pengorbanan akan semakin meninggikan nilai akidah keyakinan dalam hati dan jiwa penganutnya. Bahkan, makin besar penderitaan dan pengorbanan yang diminta oleh suatu akidah, bertambah berat juga seseorang untuk berkhianat atau meninggalkannya.
Yang terpenting dari pelajaran diatas adalah kembalinya kita mengingat Allah ketika menghadapi segala keraguan dan kegoncangan, serta berusaha mengosongkan hati dari segala hal kecuali ditujukan semata kepada Allah. Kemudian, agar terbuka hati kita bahwa tidak ada kekuatan kecuali Allah, tidak ada daya kecuali daya Allah, dan tidak ada keinginan kecuali keinginan mengabdi kepada Allah. Ketika itu, akan bertemulah ruh dengan sebuah hakikat yang menjadi landasan tegaknya tashawwur ‘pandangan’ yang benar.
(3). Tafsir Al-Maragi: Sungguh Allah akan menguji kalian dengan aneka ragam percobaan. Misalnya perasaan takut terhadap musuh dan adanya musibah yang wajar terjadi, seperti kelaparan dan kekurangan buah-buahan (paceklik). Bagi orang yang beriman kepada Allah, keadaan seperti ini akan dilaluinya, sekalipun terisolir dari lingkungan keluarga, bahkan diusir tanpa membawa sesuatu. Sampai-sampai, karena rasa laparnya, orang-orang beriman jika memerlukan makan hanya cukup dengan menghisap buah kurma, lalu disimpannya kembali mengingat jangka yang masih panjang. Terutama sekali ketika mereka berlaga di medan perang Ahzab dan Tabuk.
Allah juga akan menguji mereka dengan terbunuh di medan perang, atau mati karena sakit. Sebab ketika kaum Muslimin melakukan hijrah ke Madinah, disitu terjangkit wabah penyakit panas dingin yang luar biasa.
Ayat diatas memberi peringatan bahwa iman itu tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan rizki yang banyak, kekuasaan, dan tidak ada rasa takut. Tetapi semuanya ini justru berjalan sesuai dengan ketentuan Sunnatullah yang berlaku untuk makhluk-Nya. Jika terdapat sesuatu yang mendatangkan musibah, maka musibah itu tidak dapat dihalangi dan akan menimpanya. Tetapi bagi seseorang yang mempunyai kesempurnaan iman, dan dirinya sudah mempunyai pengalaman digembleng dalam penderitaan, maka adanya musibah itu akan semakin membersihkan jiwanya.
(4). Tafsir Al-Azhar:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ
“Dan sesungguhnya akan Kami beri kamu percobaan dengan sesuatu”. Dengan sesuatu, yaitu dengan aneka warna,
مِّنَ الْخَوْفِ
“dari ketakutan”, yaitu ancaman-ancaman musuh atau bahaya penyakit dan sebagainya, sehingga timbul selalu rasa cemas dan selalu terasa ada ancaman. Yang berlaku di zaman Nabi ialah ancaman orang Musyrik dari kota Makkah, ancaman kabilah-kabilah Arab dari luar kota Madinah yang selalu bermaksud hendak menyerang Madinah, ancaman fitnah orang Yahudi yang selalu mengintai kesempatan dan ancaman orang munafik, dan ancaman bangsa Rum yang berkuasa di utara waktu itu.
وَالْجُوْعِ
“dari kelaparan”, termasuk kemiskinan sehingga persediaan makanan sangat berkurang.
وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ
“dan kekurangan dari harta benda”, sebab umumnya sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang pindah dari Makkah ke Madinah itu hanya batang tubuhnya saja yang keluar dari sana; hartabenda tidak bisa dibawa,
وَالْأَنْفُسِ
“dan jiwa-jiwa”, ada yang kematian keluarga, anak dan isteri dan bapak, sehingga hidup melarat terpencil kehilangan keluarga di tempat kediaman yang baru,
وَالثَّمَرَاتِ
“dan buah-buahan”, karena tidak lagi mempunyai kebun-kebun yang luas, terutama pohon kurma, yang menjadi makanan pokok pada masa itu. Semuanya itu akan kamu derita!
Demikian firman Allah, tetapi derita itu tidak lain ialah karena menegakkan cita-cita. “Dan berilah khabar yang menyukakakn kepada orang-orang yang sabar”.
E.     Kesimpulan
Cobaan dalam KBBI adalah sesuatu yang dipakai untuk menguji (ketabahan, iman, dsb); sabarlah apabila menerima – dari Tuhan. Sedangkan, ujian dalam KBBI adalah sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu (kemampuan, kepandaian, hasil belajar, dsb). Kaum muslimin di dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan mempertahankan agama akan menghadapi berbagai macam cobaan, ujian, kesukaran dan tantangan serta pengorbanan harta dan jiwa.




Daftar Pustaka
v  Ar-Rifai, Muhammad Nasib. 2000. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I. Jakarta: Gema Insani Press
v  Departemen Agama RI. 1990. Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid I Juz 1-2-3. Yogyakarta: Univ. Islam Indonesia
v  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. t.th. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka  
v  Dr. H. Abdulmalik Abdulkarim Amrullah, Prof. 1994. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 2. Jakarta: Penerbit PT. Pustaka Panjimas
v  Mustafa Al-Maragi, Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha Putra
v  Quthb, Sayyid. 2000. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid I. Jakarta: Gema Insani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar