A.
Pendahuluan
Kita hidup di dunia ini semata-mata sebagai hamba
Allah SWT yang senantiasa selalu taat beribadah kepada-Nya. Dan ketika Allah
memberikan ujian dan cobaan kepada kita, maka Allah pun akan menguji sejauh
mana kesabaran hamba-Nya itu yang sedang diberi ujian dan cobaan. Allah menguji
kaum muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan jiwa, harta, dan
buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini kaum muslimin menjadi umat yang
kokoh, memiliki jiwa yang tabah dan tahan uji.
B.
Kajian QS. Al-Baqarah ayat 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ
Artinya: “Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah [2]: 155)
C.
Mufradat
Arab
|
Arti
|
Arab
|
Arti
|
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
|
Dan Kami pasti akan menguji kamu
|
الْأَمْوَالِ
|
Harta
|
بِشَيْءٍ
|
Dengan sesuatu
|
وَالْأَنْفُسِ
|
Jiwa
|
الْخَوْفِ
|
Ketakutan
|
وَالثَّمَرَاتِ
|
Buah-buahan
|
وَالْجُوْعِ
|
Kelaparan
|
وَبَشِّر
|
Dan Sampaikan kabar gembira
|
وَنَقْصٍ
|
Kekurangan
|
الصَّابِرِيْنَ
|
Orang-orang yang sabar
|
D.
Tafsir Ayat
(1). Tafsir
Ibn Katsir: Allah Ta’ala memberitahukan kepada kita bahwa Dia akan menguji
hamba-hamba-Nya. Allah SWT akan menguji mereka terkadang dengan kebaikan dan
kadang-kadang dengan kemudharatan seperti rasa takut dan kelaparan sebagaimana
Allah berfirman, “Maka Allah merasakan kepadanya busana kelaparan dan
ketakutan,” karena setiap orang yang lapar dan ketakutan akan tampak sekali
penampilan dirinya. Dari sana Allah berfirman, “Dan sungguh akan Kami uji kamu
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,” dengan melenyapkan
sebagiannya, “jiwa” seperti kematian kerabat dan sahabat, “dan buah-buahan”
seperti kebun dan tanaman yang tidak menghasilkan sebagaimana biasanya.
Barangsiapa yang bersabar, maka ia mendapat pahala, dan barangsiapa yang
berputus asa, maka Allah akan menimpakan siksaan kepadanya.
(2). Tafsir Fi Zhilalil Qur’an: Telah menjadi suatu keniscayaan untuk
menimpa jiwa dengan bencana dan menguji dengan ketakutan, kelaparan, kesengsaraan,
serta kemusnahan harta, nyawa, dan makanan. Hal ini adalah suatu ketentuan
untuk meneguhkan keyakinan orang yang beriman pada tugas kewajiban yang harus
ditunaikannya. Sehingga, akhirnya mereka setelah mengalami ujian, tentu akan
terbukti tangguh dan merasa berat untuk berkhianat kepada Islam, karena
mengingat pengorbanan yang telah dilakukannya.
Akidah yang diperoleh dengan gampang, tanpa ujian, akan mudah pula bagi
penganutnya untuk meninggalkannya, bila satu ketika terkena ujian. Semakin berat
ujian dan pengorbanan akan semakin meninggikan nilai akidah keyakinan dalam
hati dan jiwa penganutnya. Bahkan, makin besar penderitaan dan pengorbanan yang
diminta oleh suatu akidah, bertambah berat juga seseorang untuk berkhianat atau
meninggalkannya.
Yang terpenting dari pelajaran diatas adalah kembalinya kita mengingat
Allah ketika menghadapi segala keraguan dan kegoncangan, serta berusaha
mengosongkan hati dari segala hal kecuali ditujukan semata kepada Allah.
Kemudian, agar terbuka hati kita bahwa tidak ada kekuatan kecuali Allah, tidak
ada daya kecuali daya Allah, dan tidak ada keinginan kecuali keinginan mengabdi
kepada Allah. Ketika itu, akan bertemulah ruh dengan sebuah hakikat yang
menjadi landasan tegaknya tashawwur ‘pandangan’ yang benar.
(3). Tafsir Al-Maragi: Sungguh Allah akan menguji kalian dengan aneka
ragam percobaan. Misalnya perasaan takut terhadap musuh dan adanya musibah yang
wajar terjadi, seperti kelaparan dan kekurangan buah-buahan (paceklik). Bagi
orang yang beriman kepada Allah, keadaan seperti ini akan dilaluinya, sekalipun
terisolir dari lingkungan keluarga, bahkan diusir tanpa membawa sesuatu.
Sampai-sampai, karena rasa laparnya, orang-orang beriman jika memerlukan makan
hanya cukup dengan menghisap buah kurma, lalu disimpannya kembali mengingat
jangka yang masih panjang. Terutama sekali ketika mereka berlaga di medan
perang Ahzab dan Tabuk.
Allah juga akan menguji mereka dengan terbunuh di medan perang, atau
mati karena sakit. Sebab ketika kaum Muslimin melakukan hijrah ke Madinah,
disitu terjangkit wabah penyakit panas dingin yang luar biasa.
Ayat diatas memberi peringatan bahwa iman itu tidak menjamin seseorang
untuk mendapatkan rizki yang banyak, kekuasaan, dan tidak ada rasa takut.
Tetapi semuanya ini justru berjalan sesuai dengan ketentuan Sunnatullah yang
berlaku untuk makhluk-Nya. Jika terdapat sesuatu yang mendatangkan musibah,
maka musibah itu tidak dapat dihalangi dan akan menimpanya. Tetapi bagi
seseorang yang mempunyai kesempurnaan iman, dan dirinya sudah mempunyai
pengalaman digembleng dalam penderitaan, maka adanya musibah itu akan semakin
membersihkan jiwanya.
(4). Tafsir Al-Azhar:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ
“Dan sesungguhnya akan Kami beri
kamu percobaan dengan sesuatu”. Dengan sesuatu, yaitu dengan aneka warna,
مِّنَ
الْخَوْفِ
“dari ketakutan”, yaitu ancaman-ancaman musuh atau bahaya penyakit dan
sebagainya, sehingga timbul selalu rasa cemas dan selalu terasa ada ancaman. Yang
berlaku di zaman Nabi ialah ancaman orang Musyrik dari kota Makkah, ancaman kabilah-kabilah
Arab dari luar kota Madinah yang selalu bermaksud hendak menyerang Madinah,
ancaman fitnah orang Yahudi yang selalu mengintai kesempatan dan ancaman orang
munafik, dan ancaman bangsa Rum yang berkuasa di utara waktu itu.
وَالْجُوْعِ
“dari kelaparan”, termasuk kemiskinan sehingga persediaan makanan
sangat berkurang.
وَنَقْصٍ مِّنَ
الْأَمْوَالِ
“dan kekurangan dari harta benda”, sebab umumnya sahabat-sahabat Rasulullah
SAW yang pindah dari Makkah ke Madinah itu hanya batang tubuhnya saja yang
keluar dari sana; hartabenda tidak bisa dibawa,
وَالْأَنْفُسِ
“dan jiwa-jiwa”, ada yang kematian keluarga, anak dan isteri dan
bapak, sehingga hidup melarat terpencil kehilangan keluarga di tempat kediaman
yang baru,
وَالثَّمَرَاتِ
“dan buah-buahan”, karena tidak lagi mempunyai kebun-kebun yang luas,
terutama pohon kurma, yang menjadi makanan pokok pada masa itu. Semuanya itu
akan kamu derita!
Demikian firman Allah, tetapi derita itu tidak lain ialah karena
menegakkan cita-cita. “Dan berilah khabar yang menyukakakn kepada
orang-orang yang sabar”.
E. Kesimpulan
Cobaan dalam KBBI adalah sesuatu yang dipakai untuk
menguji (ketabahan, iman, dsb); sabarlah apabila menerima – dari Tuhan.
Sedangkan, ujian dalam KBBI adalah sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu
sesuatu (kemampuan, kepandaian, hasil belajar, dsb). Kaum muslimin di dalam
perjuangan menegakkan kebenaran dan mempertahankan agama akan menghadapi
berbagai macam cobaan, ujian, kesukaran dan tantangan serta pengorbanan harta
dan jiwa.
Daftar Pustaka
v
Ar-Rifai, Muhammad Nasib. 2000. Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir Jilid I. Jakarta: Gema Insani Press
v
Departemen Agama RI. 1990. Al-Qur’an dan
Tafsirnya Jilid I Juz 1-2-3. Yogyakarta: Univ. Islam Indonesia
v
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. t.th.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
v
Dr. H. Abdulmalik Abdulkarim Amrullah,
Prof. 1994. Tafsir Al-Azhar Juzu’ 2. Jakarta: Penerbit PT. Pustaka
Panjimas
v
Mustafa Al-Maragi, Ahmad. 1993. Terjemah
Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha Putra
v
Quthb, Sayyid. 2000. Tafsir Fi Zhilalil
Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid I. Jakarta: Gema Insani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar