Keutamaan
Mencari Ilmu
Mencari ilmu merupakan kewajiban
setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik.
Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain.
Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena
itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi
kelangsungan hidup yang lebih baik.
Ilmu memiliki banyak keutamaan,
diantaranya:
1. Ilmu adalah amalan yang tidak
terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: ”jika manusia meninggal maka
terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang
bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya,” (HR Bukhori
dan Muslim)
2. Menjadi saksi terhadap kebenaran
sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah
yang berhak disembah kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para malaikat dan
orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu,). (QS. Ali Imran 18)
3. Allah memerintahkan kepada
nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu sebagaimana dalam firman
Allah, (… dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa
114)
4. Allah mengangkat derajat orang
yang berilmu. Sebagaimana firman Allah, (… Allah mengangkat orang beriman dan
memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang
kamu kerjakan). (QS. Mujadilah 11)
5. Orang berilmu adalah orang yang
takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya: (…. sesungguhnya yang takut
kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir
25).
6. Ilmu adalah anugerah Allah yang
sangat besar, sebagaimana firman-Nya: (Allah menganugerahkan al-hikmah
(kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-Baqarah 269)
7. Ilmu merupakan tanda kebaikan
Allah kepada seseorang ”Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya,
maka Allah akan membuat dia paham dalam agama,” (HR Bukhari dan Muslim).
8. Menuntut ilmu merupakan jalan
menuju surga, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut
ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surge,” (HR Muslim)
9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada
ahli ilmu,”Tidak hasad kecuali dalam dua hal, yaitu terhadap orang yang Allah
beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri
hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya,” (HR Bukhari )
10. Malaikat akan membentangkan
sayap terhadap penuntut ilmu,”Sesungguhnya para malaikat benar-benar
membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya,” (HR. Ahmad dan
Ibnu majah).
Keutamaan
Mempelajari dan Mengajarkan Al-Quran
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab
Allah dan mengerjakan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan
kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”.
(Faathir:29-30).
Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah
hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad
bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu
Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an
dan mengajarkannya.”
Masih dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin
Affan, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ
وَعَلَّمَهُ .
“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian
adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
Dalam dua hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat
membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama
muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an. Tentu,
baik belajar ataupun mengajar yang dapat membuat seseorang menjadi yang terbaik
di sini, tidak bisa lepas dari keutamaan Al-Qur`an itu sendiri. Al-Qur`an
adalah kalam Allah, firman-firman-Nya yang diturunkan kepada Nabi-Nya melalui
perantara Malaikat Jibril Alaihissalam. Al-Qur`an adalah sumber pertama dan
acuan utama dalam ajaran Islam. Karena keutamaan yang tinggi inilah, yang
membuat Abu Abdirrahman As-Sulami –salah seorang yang meriwayatkan hadits ini–
rela belajar dan mengajarkan Al-Qur`an sejak zaman Utsman bin Affan hingga masa
Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi.
Hadis ini menunjukkan akan keutamaan membaca Alquran. Suatu
ketika Sufyan Tsauri ditanya, manakah yang engkau cintai orang yang berperang
atau yang membaca Alquran? Ia berkata, membaca Alquran, karena Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang
belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain”. Imam Abu Abdurrahman
As-Sulami tetap mengajarkan Alquran selama empat puluh tahun di mesjid agung
Kufah disebabkan karena ia telah mendengar hadis ini. Setiap kali ia
meriwayatkan hadis ini, selalu berkata: “Inilah yang mendudukkan aku di kursi
ini”.
Al Hafiz Ibnu Katsir dalam kitabnya Fadhail Quran halaman
126-127 berkata: [Maksud dari sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkan kepada
orang lain” adalah, bahwa ini sifat-sifat orang-orang mukmin yang mengikuti dan
meneladani para rasul. Mereka telah menyempurnakan diri sendiri dan
menyempurnakan orang lain. Hal itu merupakan gabungan antara manfaat yang
terbatas untuk diri mereka dan yang menular kepada orang lain.
DariAbdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw.
bersabda kepadaku: Bacakan Alquran kepadaku. Aku bertanya: Wahai Rasulullah,
aku harus membacakan Alquran kepada baginda, sedangkan kepada bagidalah Alquran
diturunkan? Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya aku senang bila mendengarkan
dari orang selainku. Kemudian aku membaca surat An-Nisa’. Ketika sampai pada
ayat yang berbunyi: {Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), jika Kami
mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (umatmu).} Aku angkat kepalaku
atau secara mendadak ada seseorang berada di sampingku. Dan ketika aku angkat
kepalaku, aku melihat beliau mencucurkan air mata. Sahih Muslim No: 1332
Imam Nawawi berkata [Ada beberapa hal yang dapat dipetik
dari hadis ini, di antaranya: sunat hukumnya mendengarkan bacaan Alquran,
merenungi, dan menangis ketika mendengarnya, dan sunat hukumnya seseorang
meminta kepada orang lain untuk membaca Al Quran agar dia mendengarkannya, dan
cara ini lebih mantap untuk memahami dan mentadabburi Al Quran, dibandingkan
dengan membaca sendiri.
“Orang yang membaca Al-Qur’an sedangkan dia mahir
melakukannya, kelak mendapat tempat di dalam Syurga bersama-sama dengan
rasul-rasul yang mulia lagi baik. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an,
tetapi dia tidak mahir, membacanya tertegun-tegun dan nampak agak berat
lidahnya (belum lancar), dia akan mendapat dua pahala.” (Riwayat Bukhari &
Muslim.
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah
seperti buah Utrujjah yang baunya harum dan rasanya enak. Perumpamaan orang
mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an seperti buah kurma yang tidak berbau sedang
rasanya enak dan manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah
seperti raihanah yang baunya harum sedang rasanya pahit. Dan perumpamaan orang
munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti hanzhalah yang tidak berbau
sedang rasanya pahit.” (Riwayat Bukhari & Muslim)
“Sesunggunya Allah swt mengangkat derajat beberapa golongan
manusia dengan kalam ini dan merendahkan derajat golongan lainnya.” (Riwayat
Bukhari & Muslim)
“Bacalah Al-Qur’an karena dia akan datang pada hari Kiamat
sebagai juru syafaat bagi pembacanya.” (Riwayat Muslim)
“Tidak bisa iri hati, kecuali kepada dua seperti orang:
yaitu orang lelaki yang diberi Allah swt pengetahuan tentang Al-Qur’an dan
diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang lelaki yang dianugerahi Allah
swt harta, kemudian dia menafkahkannya sepanjang malam dan siang.” (Riwayat
Bukhari & Muslim.
Rasulullah saw bersabda, Allah berfirman: “Barangsiapa
disibukkan dengan mengkaji Al-Qur’an dan menyebut nama-Ku, sehingga tidak
sempat meminta kepada-KU, maka Aku berikan kepadanya sebaik-baik pemberian yang
Aku berikan kepada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan kalam Allah atas
perkataan lainnya adalah seperti, keutamaan Allah atas makhluk-Nya. (Riwayat
Tirmidzi)
“Sesungguhnya orang yang tidak terdapat dalam rongga
badannya sesuatu dari Al-Qur’an adalah seperti rumah yang roboh.” (Riwayat Tirmidzi)
“Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an, bacalah dan naiklah
serta bacalah dengan tartil seperti engkau membacanya di dunia karena
kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (Riwayat Abu Dawud,
Tirmidzi dan Nasa’I)
“Barangsiapa membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya,
Allah memakaikan pada kedua orang tuanya di hari kiamat suatu mahkota yang
sinarnya lebih bagus dari pada sinar matahari di rumah-rumah di dunia. Maka
bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang mengamalkan ini.” (Riwayat Abu Dawud)
Abdul Humaidi Al-Hamani, berkata: “Aku bertanya kepada
Sufyan Ath-Thauri, manakah yang lebih engkau sukai, orang yang berperang atau
orang yang membaca Al-Qur’an?” Sufyan menjawab: “Membaca Al-Qur’an. Karena Nabi
saw bersabda. ‘Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang belajar
Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Maksud dari belajar Al-Qur`an di sini, yaitu mempelajari
cara membaca Al-Qur`an. Bukan mempelajari tafsir Al-Qur`an, asbabun nuzulnya,
nasikh mansukhnya, balaghahnya, atau ilmu-ilmu lain dalam ulumul Qur`an.
Meskipun ilmu-ilmu Al-Qur`an ini juga penting dipelajari, namun hadits ini
menyebutkan bahwa mempelajari Al-Qur`an adalah lebih utama. Mempelajari
Al-Qur`an adalah belajar membaca Al-Qur`an dengan disertai hukum tajwidnya,
agar dapat membaca Al-Qur`an secara tartil dan benar seperti ketika Al-Qur`an
diturunkan. Karena Allah dan Rasul-Nya sangat menyukai seorang muslim yang
pandai membaca Al-Qur`an. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
الْمَاهِرُ
بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ
الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ . (متفق
عليه)
“Orang yang pandai membaca Al-Qur`an, dia bersama para
malaikat yang mulia dan patuh. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dengan
terbata-bata dan berat melafalkannya, maka dia mendapat dua pahala.” (Muttafaq
Alaih)
Dan dalam Al-Qur`an disebutkan perintah Allah Subhanahu wa
Ta’ala untuk membaca Al-Qur`an dengan tartil,
ورتل القرءان
ترتيلا . (المزمل :4 )
“Dan bacalah Al-Qur`an dengan setartil-tartilnya.”
(Al-Muzzammil: 4)
Adapun maksud dari mengajarkan Al-Qur`an, yaitu mengajari
orang lain cara membaca Al-Qur`an yang benar berdasarkan hukum tajwid.
Sekiranya mengajarkan ilmu-ilmu lain secara umum atau menyampaikan sebagian
ilmu yang dimiliki kepada orang lain adalah perbuatan mulia dan mendapatkan
pahala dari Allah, tentu mengajarkan Al-Qur`an lebih utama. Bahkan ketika
Sufyan Ats-Tsauri ditanya, mana yang lebih utama antara berjihad di jalan Allah
dan mengajarkan Al-Qur`an, dia mengatakan bahwa mengajarkan Al-Qur`an lebih
utama. Ats-Tsauri mendasarkan pendapatnya pada hadits ini.
Namun demikian, meskipun orang yang belajar Al-Qur`an
adalah sebaik-baik orang muslim dan mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain
juga sebaik-baik orang muslim, tentu akan lebih baik dan utama lagi jika orang
tersebut menggabungkan keduanya. Maksudnya, orang tersebut belajar cara membaca
Al-Qur`an sekaligus mengajarkan kepada orang lain apa yang telah dipelajarinya.
Dan, dari hadits ini juga dapat dipahami, bahwa orang yang mengajar Al-Qur`an
harus mengalami fase belajar terlebih dahulu. Dia harus sudah pernah belajar
membaca Al-Qur`an sebelumnya. Sebab, orang yang belum pernah belajar membaca
Al-Qur`an, tetapi dia berani mengajarkan Al-Qur`an kepada orang lain, maka apa
yang diajarkannya akan banyak kesalahannya. Karena dia mengajarkan sesuatu yang
tidak dia kuasai ilmunya